Sand Xpresi

Sand Xpresi
arti dari sebuah optimisme adalah sikap mental seseorang yang selalu bisa mengendalikan akal,pikiran,serta perbuatan yang positif serta selalu berpikiran jauh kedepan tanpa adanya rasa takut,bimbang ataupun salah karena yang ada dalam pikiran hanyalah kesan positif yang ditunjang dengan keberanian bertindak dan keyakinan akan kemampuan.

Minggu, 31 Oktober 2010

Jimly Asshidiqqie: Deponering Sudah Tepat

Liputan6.com, Jakarta: Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshidiqqie, Ahad (31/10), minta Kejaksaan Agung melakukan pertemuan dengan DPR. Menurut undang-undang kejaksaan, Jaksa Agung berwenang mendeponering kasus setelah melibatkan lembaga tinggi negara lainnya. Jimly mengatakan, deponering sudah tepat, namun prosedur tetap harus dilaksanakan.

Seperti telah diberitakan, Kejaksaan Agung akhirnya memutuskan deponering atau pengesampingan perkara atas kasus dua pimpinan KPK Bibit-Chandra. Opsi tersebut mencul setelah Mahkamah Agung menolak usulan peninjauan kembali kasus ini [baca: Alasan Kejaksaan Pilih Deponering]

Tsunami Sudah Ada Sejak 8.000 Tahun Lalu


Suasana kota Talcahuano, Cile, usai gempa bumi dan tsunami

VIVAnews - Gempa berkekuatan 7,2SR yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin 25 Oktober 2010, menimbulkan serangan gelombang maut, tsunami. Seluruh pemukiman yang berada di pantai barat gugusan kepulauan itu diterjang tsunami sehingga menewaskan lebih dari 400 orang.

Indonesia tidak lagi asing dengan bencana itu. Pada Desember 2004, tsunami besar terjadi di Aceh. Lalu tiga bulan berikutnya terjadi di Nias. Setahun lagi, tepatnya 17 Juli 2006, tsunami juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat.

Rekam jejak tunami ternyata sudah terjadi sejak tahun 6.000 Sebelum Masehi. Laman media ilmiah Livescience.com mencatat daftar tsunami maha dahsyat yang pernah terjadi di bumi.

6.000 SM

Gugusan salju besar di Sisilia longsor dan jatuh ke laut. Longsor yang terjadi pada 8 ribu tahun lalu ini memicu bencana tsunami tersebar di Laut Mediterrania. Tidak ada catatan sejarah bencana ini. Hanya para ilmuwan geologi memperkirakan tsunami dengan kecepatan 320 kilometer per jam ini mencapai ketinggian gedung 10 lantai.

1 November 1755

Setelah gempa yang menghancurkan Lisbon, Portugal, dan mengguncang sebagian besar Eropa. Orang-orang banyak yang berlindung di perahu. Namun, tsunami justru terjadi. Tak pelak bencana ini menewaskan lebih dari 60 ribu orang.

27 Agustus 1883

Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda, memicu tsunami yang menenggelamkan pesisir Sumatera, Jawa bagian utara, dan Kepulauan Seribu. Kekuatan gelombang bisa menyeret karang seberat 600 ton ke pantai. 36 ribu orang meninggal sia-sia.

15 Juni 1896

Gelombang setinggi 30 meter muncul sesaat setelah terjadi gempa di Jepang. Seluruh pantai timur disapu tsunami itu. 27 ribu orang meninggal.

1 April 1946

Gempa besar di Alaska menimbulkan gelombang besar di Hawaii. Bencana yang sering disebut sebagai misteri "April Fools Tsunami" itu menewaskan 159 orang.

9 Juli 1958

Gempa berkekuatan 8,3 SR di Alaska menyebabkan gelombang besar hingga 576 meter di Teluk Lituya, Alaska. Ini merupakan tsunami terbesar yang tercatat di zaman modern.

Untung saja, tsunami terjadi di tempat terisolir, sehingga tidak menimbulkan banyak korban. Tsunami ini hanya menyebabkan dua nelayan meninggal dunia, karena kapalnya karam diterjang ombak.

22 Mei 1960

Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat sebesar 8,6 SR di Chile. Gempa ini menciptakan tsunami yang menghantam Pantai Chile dalam waktu 15 menit. Gelombang tinggi terjadi hingga 25 meter. Tsunami ini menewaskan 1.500 orang di Chile dan Hawaii.

27 Maret 1964

Gempa Alaska "Good Friday" berkekuatan 8,4 SR, menimbulkan gelombang 67 meter di kawasan Valdez Inlet, Alaska. Gelombang dengan kecepatan 640 kilometer per jam ini menewaskan lebih dari 120 orang. Sepuluh orang di antaranya dari Crescent City, California, yang juga mendapat kiriman ombak setinggi 6,3 meter.

23 Agustus 1976

Tsunami di Filipina barat daya menewaskan 8 ribu orang. Gelombang besar ini juga dipicu gempa bumi di sekitar pantai.

17 Juli 1998

Gempa dengan kekuatan 7,1 SR menghasilkan tsunami di Papua Nugini. Gelombang besa dengan cepat membunuh 2.200 orang.

26 Desember 2004

Gempa maha dahsyat dengan kekuatan 9,3 SR mengguncang di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa paling besar sepanjang 40 tahun terakhir ini menimbulkan gelombang tinggi di Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.

Setidaknya 320 ribu orang dari delapan negara meninggal dunia. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah.

28 Maret 2005

Tiga bulan kemudian tsunami juga terjadi di Sumatera. Gempa di lepas pantai Nias yang berkekuatan 8,7 SR itu memicu tsunami besar yang menewaskan 1.300 orang di Pulau Nias, Sumatera Barat.

Sabtu, 30 Oktober 2010

fisip.unsil.ac.id

Allhamdulilah...Setelah berhari hari,lebih tepatnya berminggu Minggu Web Fisip Unsil Akhirya dadang juga,,ehh..Maksudnya datang juga.... :P Untuk para pengunjung yang ingin mengetahui labih lengkap tentang fisip unsil silahkan kunjungi Web siteFISIP UNIVERSITAS SILIWANGI ini,disana pengunjung bisa mengetahui secara detil kegiatan maupun profile Dosen,Ketua Jurusan maupun profile Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa fisip,Tak hanya itu pengunjung dapat menymak informasi informasi Akademik, Jajak pendapat,Berita politik,sosial,budaya,ekonomi,Artikel Artikel Kiriman dari Users maupun Mahasiswa,Di Web FISIP ini Para Pengunjung Bisa Sharing di Forum Diskusi Yang telah Di sediakan

Maridjan Sang Penjaga, Setia Sampai ajal Mbah Maridjan menepati janjinya. "Menjaga Merapi sampai ajal menjemput."

VIVAnews - Jenazah Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sujud di dalam kamarnya. Saat ditemukan, Mbah Maridjan mengenakan batik kuning dan bersujud di atas sajadahnya di dalam kamar.

Hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, sekitar pukul 10.00 WIB Mbah Maridjan akan dikebumikan. Tepat di bawah kaki Gunung Merapi. "Dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Wiyarto, Kamis 27 Oktober 2010.

Mbah Maridjan merupakan orang asli kaki Merapi. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 83 tahun lalu. Mbah Maridjan ditemukan tewas dalam posisi bersujud di tempat kelahirannya.

Mbah Maridjan menepati janjinya. "Menjaga Merapi sampai ajal menjemput," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso kemarin di gedung DPR. Mbah Maridjan merupakan didaulat menjadi kuncen atau juru kunci 'penjaga' Gunung Merapi sejak 1982.

Jabatan juru kunci bukanlah hal yang baru bagi ayah dengan empat orang anak kelahiran 1927 itu. Pada 1970, atau saat Mbah Maridjan berusia 43 tahun, Keraton Yogyakarta sudah menunjukknya menjadi wakil juru kunci, mendampingi sang ayah. Saat sang ayah wafat, Mbah Maridjan ditunjuk Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan amanat sebagai juru kunci Merapi.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan tugas utama sebagai juru kunci. Tugasnya, setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.

Bersama Ponirah, istrinya, Mbah Maridjan memiliki empat orang anak. Mbah Anjungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang.

Kharisma dan 'kemampuan' Mbah Maridjan menurun kepada anak-anaknya. Salah satunya Mbah Anjungan, yang dipercaya menjadi penasihat Presiden Soekarno sejak 1968-1969. Bahkan pada pada 1974-1987 menjadi Wali Mangkunagara VIII.

Mbah Maridjan mendapat gelar Mas Penewu Suraksohargo atau Sang Penjaga atau Juru Kunci Gunung Merapi. Sejak dijaga Mbah Maridjan, Gunung Merapi sudah lima kali meletus dan 'batuk-batuk'. Yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.

Tidak semua juru kunci setenar Mbah Maridjan. Peristiwa meletusnya Merapi pada 2006 membuat namanya meroket. Mbah Maridjan kukuh tidak turun gunung karena yakin letusan awan panas 'wedhus gembel' Merapi tidak akan menyambarnya. Dengan keberanian dan perkiraan yang tepat itu, Mbah Maridjan terkenal. Bahkan dia menjadi bintang iklan minumen berenergi.

Kini, entah wangsit apa yang didapat Mbah Maridjan hingga dirinya enggan mengungsi turun dari Merapi. Dia memilih beribadah di atas sajadah dan bersujud kepada Yang Maha Kuasa sampai ajal menjemput. Mbah Maridjan meninggal dunia bersama 29 orang lainnya termasuk redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.

Prabowo: Ingin Studi Banding? Ke Mentawai-Merapi Saja



JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto rupanya ikut kesal dengan ulah anggota DPR yang plesir ke luar negeri mengatasnamakan studi banding atau kunjungan kerja.

Pengusaha yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden 2009 lalu itu menyarankan, agar kunjungan ke luar negeri diganti menjadi kunjungan lokal ke daerah terkena bencana.

"Rakyat tidak suka perwakilannya jalan-jalan lewat kunjungan kerja, sedangkan kita sedang (dalam kondisi) sulit. Kami dapat data bahwa anggaran kunker itu Rp20 triliun, ini kalau dijadikan sawah atau tanah berapa hektar bisa didapatkan," kata Prabowo dalam jumpa pers jelang Rapimnas III Gerindra di Pecenongan, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/10/2010).

Menurutnya, partai harus bisa menetapkan aturan tegas bagi kadernya yang duduk sebagai legislator di Senayan. "Seharusnya disindir saja sudah mengerti, tanpa disindir pun harus mengerti. Kalau mau studi banding ke Merapi atau Mentawai-lah, ke desa-desa," kata Prabowo menegaskan.

Khusus untuk kader Gerindra, Prabowo memastikan partainya menginstruksikan penundaan ke luar negeri. Bila ada yang masih membandel, Praowo meyakinkan majelis etik partainya melakukan pengawasan dengan memberi sanksi mulai dari teguran.

"Saya sudah bilang ke anggota kami di DPR untuk menunda dulu ke luar negeri, tidak perlu diikuti program itu karena sekarang rakyat sedang susah,"

Gus Solah: Jangan Tafsirkan Angka 26 Hari Bencana

SURABAYA - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Salahuddin Wahid meminta masyarakat tidak termakan isu yang mengaitkan angka 26 sebagai hari bencana. Menurut Gus Solah, bencana yang terjadi di tanggal 26 hanya kebetulan semata.

"Itu hanya kebetulan saja, kalau ada yang menafsirkan aneh-aneh istilah orang Jawa hanya otak atik mathuk," kata Gus Solah, kepada okezone di Surabaya, Sabtu (30/10/2010).

Adik kandung Gus Dur ini menjelaskan bencana alam memiliki dua jenis. Pertama bencana karena siklus gejala alam atau yang lazim disebut Sunnatulloh. Kejadian ini, kata Gus bisa didekteksi sehingga dapat diambil langkah antisipasi penanganan bencana.

Bencana kedua adalah bencana yang timbul karena hasil ulah manusia. Seperti pembalakan hutan yang berpotensi menimbulkan banjir dan tanah longsor. Pemerintah mestinya menerapkan aturan tegas terhadap tindakan perusakan lingkungan. Jadi tergantung perilaku manusia tidak ada hubungannya dengan angka maupun tanggal 26," tandasnya.

Sebelumnya, bencana letusan Merapi yang terjadi Selasa, 26 Oktober lalu dikaitkan dengan bencana sebelumnya yang juga terjadi di tanggal angka sama. Contohnya, bencana tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, Gempa Tasikmalaya 26 Juni 2010.

himapol unsil blogspot.com